TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut wilayah Kelurahan Petobo di Palu, Sulawesi Tengah menjadi salah satu daerah yang terdampak parah karena fenomena likuifaksi.
Menurut catatan BNPB wilayah yang 'hilang' akibat fenomena likuifasi mencapai 180 hektare dari total keseluruhan seluas Petobo kira-kira 1.040 hektare.
"Medan memang cukup sulit ini karena bangunannya terseret oleh lumpur likuifaksi, kemudian ditenggelamkan dalam area luas 180 hektare," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta Timur, Kamis (4/10/2018).
Diketahui wilayah Petobo mengalami fenomena likuifaksi atau penggemburan lapisan tanah pasir akibat guncangan gempa berkekuatan 7,4 skala rihcter yang menguncang Sulteng.
Baca: BNPB: Korban Tewas Gempa dan Tsunami di Sulteng 1.424 Orang
Akibatnya kondisi permukaan air tanah yang dangkal membuat kekuatan lapisan tanah pasir hilang seolah mencair itu sebanyak 2.050 unit bangunan di Petobo yang rusak.
Sementara itu, hingga H+6 bencana gempa dan tsunami di Sulteng masih ada empat kecamatan di Kabupaten Sigi yang masih terisolir.
Empat kecamatan tersebut antara lain Lindu, Kolawi, Kolawi Selatan, dan Pipikoro.
"Untuk mengatasi hal ini, distribusi logistik menggunakan helikopter. Helikopter yang ada di sana baik dari TNI, Basarnas, BNPB dikerahkan untuk distribusi logistik di daerah terisolir, termasuk dropping pasukan tim Basarnas untuk melakukan pencarian korban di empat kecamatan," kata Sutopo.
http://www.tribunnews.com/nasional/2018/10/04/wilayah-yang-hilang-di-kelurahan-petobo-capai-180-hektar
No comments:
Post a Comment