Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi merespon soal wacana Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) akan mengajak partai oposisi untuk masuk kedalam koalisi pemerintah.
Burhanuddin menilai, ajakanan itu tentu perlu diwaspadai.
Sebab, jika semua partai politik masuk ke dalam pemerintahan Jokowi, secara otomatis oposisi akan tumpul.
"Justru yang saya khawatir kalau Pak Jokowi terlalu ambisius menarik partai-partai masuk kedalam pemeritahan, satu, oposisi menjadi tumpul," kata Burhanuddin Muhtadi saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (1/7/2019).
Baca: Memasuki Awal Kemarau, Sudah 10 Kabupaten di Jateng Kekeringan, Klaten Paling Parah
Baca: Ketua DPP PKS: Yang Dirugikan Kalau Tidak Ada Oposisi Adalah Publik
Baca: Istri Sopir Jokowi dan Gibran Terlindas Truk, Tewas Seketika
Diketahui, saat ini sejumlah parpol pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno seperti Partai Demokrat dan PAN santer dikabarkan akan merapat ke koalisi Jokowi.
Belakangan, Partai Gerindra juga disebut-sebut akan merapat.
Burhanuddin pun mengatakan, jika partai partai oposisi tetap merapat ke Jokowi, secara otomatis koalisi pemerintahan 2019-2024 akan gemuk.
Terlebih, saat ini Kaalisi Indonesia Kerja (KIK) pengusung Jokowi-Ma'ruf seperti PDIP, Golkar, NasDem, PPP, Hanura, PKB, sudah hampir menguasai 60 persen di parlemen.
Hal itu, kata Burhanuddin, jusru membuat roda pemerintahan Jokowi semakin sulit.
"Ibarat orang kegemukan, koalisinya menjadi obesitas. Lalu obesitas itu artinya koalisinya akan kurang lincah bergerak dan mudah terkena kolesterol (red-sakit)," jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyebut, jika semua partai termasuk yang kalah dalam pilpres kemudian masuk ramai-ramai ke dalam pemerintahkan, maka yang dikhawatirkan adalah tumbangnya satu pilar demokrasi yakni oposisi.
"saya minta kepada presiden maupun parpol pendukung Prabowo untuk tidak ramai-ramai masuk kedalam pemerintahan karena dalam demokrasi narasi di pemilu itu harus ditranslasikan pasca pemilu," ungkapnya.
"Artinya setelah pemilu selesai lalu narasinya berhenti. Ini yang terjadi kan tidak yang terjadi seolah-olah narasi kampanye di waktu pemilu terputus dengan apa yang dilakukan partai pasca pemilu," tambahnya.
http://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2019/07/01/burhanuddin-muhtadi-sebut-koalisi-yang-obesitas-kurang-lincah-bergerak-dan-rentan-kolesterol
No comments:
Post a Comment