Boeing berencana memberikan uang sebesar US$100 juta, atau sekitar Rp1,4 triliun, untuk membantu keluarga korban jatuhnya pesawat 737 Max di Indonesia dan Ethiopia.
Pembayaran uang bantuan, yang akan dilakukan secara bertahap selama beberapa tahun, terpisah dari tuntutan hukum yang diajukan terkait kecelakaan pesawat Boeing yang secara total menewaskan 346 orang.
Menurut Boeing, uang tersebut akan ditujukan untuk mendukung program pendidikan, biaya hidup, serta kegiatan komunitas keluarga korban.
Anton Sahadi, yang kehilangan dua keponakannya - Muhammad Ravi Andrian dan Riyan Aryandi - dalam peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 Oktober tahun lalu, menganggap uang yang akan diberikan Boeing memang merupakan hak keluarga korban, sehingga menurutnya wajar bila pabrikan asal AS itu mengambil langkah tersebut.
Akan tetapi, terkait jumlah uang yang dijanjikan Boeing, Anton merasa hal itu "tergantung (kesepakatan) semua" keluarga korban.
Pasalnya, Anton dan sejumlah keluarga korban lainnya masih menantikan hasil negosiasi antara pengacara yang mereka sewa di Amerika Serikat dengan pihak Boeing.
"Saya rasa kalau memang mereka sudah ada proses negosiasi yang panjang, istilahnya sudah ketok palu, ya kita legowo," ungkap Anton kepada BBC News Indonesia, Kamis (4/7).
Yang menjadi sorotannya justru penyaluran uang yang disebutkan akan disalurkan melalui lembaga non-profit.
"Kalau memang sudah ada regulasinya begitu, bagi saya sih itu bukan masalah. Tinggal memang keseriusan Boeing itu tetap mengawal bahwa hak itu benar-benar sampai ke semua ahli waris," tutur Anton.
Kecelakaan Ethiopian Airlines ET302 Maret lalu adalah kecelakaan fatal kedua yang melibatkan pesawat Boeing 737 Max dalam rentang lima bulan dari kejadian pertama. Pesawat serupa yang dimiliki maskapai Indonesia, Lion Air, jatuh ke perairan Jakarta pada Oktober 2018.
http://www.tribunnews.com/internasional/2019/07/04/pesawat-737-max-jatuh-boeing-berikan-rp14-triliun-keluarga-korban-tunggu-keseriusan-boeing
No comments:
Post a Comment